2.
MENYAJIKAN
DATA DALAM BENTUK DIAGRAM DAN TABEL
2.1 Diagram Batang
Penyajian data statistik dengan menggunakan
gambar berbentuk balok atau batang disebut diagram
batang. Batang-batang itu dapat dilukiskan secara tegak (diagram batang
tegak) atau men4atar (diagram batang mendatar), tetapi antara batang satu
dengan batang lainnya diberi jarak sehingga letak tiap batang tadi tampak
terpisah. Pada diagram batang juga dilengkapi dengan skala sehingga nilai
datanya dapat dibaca dan diagram tersebut. Sebagai contoh, data banyak pesawat
televisi di suatu wilayah pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 disajikan
dengan diagram batang seperti diperlihatkan pada Gambar 2 berikut ini.
Diagram batang pada Gambar 2 di
atas (baik yang tegak maupun yang mendatar) disebut diagram batang tunggal. Di
samping diagram batang tunggal, dikenal dua diagram batang yang lain, yaitu:
(1)
diagram batang majemuk,
(2)
diagram batang bertingkat,
(1) Diagram Batang Majemuk
Pada Gambar 3a diperlihatkan diagram batang majemuk, yang menunjukkan
jumlah jam pelajaran untuk mata pelajaran matematika, biologi, fisika, dan
kimia bagi siswa SMU kelas X atau XI dan kelas XII program IPA. Diagram batang
majemuk atau berganda juga disebut diagram batang komparatif. Karena diagram mi
biasanya disajikan untuk membandingkan 2 data atau lebih.
(2) Diagram Batang Bertingkat
Pada Gambar 3b diperlihatkan diagram batang bertingkat, yang menunjukkan
jumlah buku pelajaran tingkat SD, SMP, dan SMA yang dicetak oleh sebuah
penerbit dan tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Diagram batang bertingkat
disebut juga diagram batang bersusun.
2.2 Diagram Garis
Data yang disajikan dengan grafik yang
berbentuk ganis lurus disebut diagram
garis atau grafik garis. Diagram
garis mi biasanya digunakan untuk menyajikan data yang diperoleh berdasarkan
pengamatan dani waktu ke waktu secara berurutan.
Diagram garis
digambar pada bidang Cartesius. Sumbu X ditempati oleh waktu pengamatan
sedangkan sumbu Y ditempati oleh nilai data yang diamati.
Sebagai
ilustrasi, di sebuah areal parkir akan diamati jumlah kendaraan yang diparkir
dalam selang waktu tertentu. Misalnya banyak kendaraan yang diparkir da!am
se!ang waktu tiap dua jam dan pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 disajikan
dalam Tabel 2.
![]() |
Gambar 4 |
Dengan
mengambil sumbu X sebagai sumbu waktu dan sumbu Y sebagai sumbu banyak
kendaraan, maka data pada Tabel 2 diwakili oleh titik-titik pada bidang
Cartesius seperti diperlihatkan pada Gambar 4. Selanjutnya, jika tiap dua titik
yang berdekatan itu dihubungkan dengan garis lurus maka diperoleh diagram garis
seperti tampak pada Gambar 4.
Kecenderungan
data dan diagram garis pada Gambar 4, misalnya dapat dibaca dan ditafsirkan
sebagai berikut.
·
Pukul 06.00 — 12.00 banyak kendaraan yang parker
bertambah dengan kemiringan positif.
·
Pada
pukul 12.00 banyak kendaraan yang parkir mencapai nilai maksimum, yaitu
sebanyak 20 kendaraan.
·
Pukul 12.00 — 16.00 banyak kendaraan yang parkir
berkurang dengan kemiringan
Selain dibaca dan ditafsirkan, diagram
garis dapat juga dipakai untuk memperkirakan suatu nilai yang belum diketahui.
Dalam memperkirakan nilai yang belum diketahui ini ada dua macam pendekatan,
yaitu pendekatan interpolasi linear
dan pendekatan ekstrapolasi linear.
Interpolasi Linear
Pendekatan interpolasi linear adalah
menafsirkan atau memperkirakan suatu nilai data yang berada di antara dua titik
yang berdekatan.
Sebagai contoh, dan diagram garis Gambar 4
dapat diperkirakan berapa banyak kendaraan yang diparkir pada pukul 07.00,
pukul 09.00, pukul 11.00, dan seterusnya.
Ekstrapolasi Linear
Pendekatan ekstrapolasi linear adalah
menaksir atau memperkirakan suatu nilai data yang terletak sesudah titik data
terakhir yang diketahui. Ekstrapolasi semacam mi dapat dilakukan dengan cara
memperpanjang garis dalam arab ke kanan atas atau ke kanan bawah tergantung
pada kencenderungan nilai-nilai data sebelumnya. Sebagai contoh, dan diagram
garis Gambar 4 dapat cliperkirakan berapa banyak kendaraan yang diparkir pada
pukul 20.00, pukul 22.00, dan seterusnya.
2.3 Diagram Lingkaran
Penyajian data statistik dengan menggunakan
gambar yang berbentuk daerah lingkaran disebut diagram lingkaran. Daerah lingkaran dibagi ke dalam sektor-sektor
atau juringjuring. Banyak sektor dalam satu lingkaran menyatakan banyak
keterangan data yang hendak disajikan, sedangkan besar sudut sektor sèbanding
dengan besar nilai data yang disajikan.
Contoh
2
![]() |
Gambar 5 |
90 orang siswa SD, sudut sektornya
50 orang siswa SMP, sudut sektornya
30 orang siswa SD, sudut sektornya
10 orang siswa SD, sudut sektornya
Dengan demikian, data siswa di kelurahan tersebut
dapat disajikan dengan diagram lingkaran seperti pada Gambar 5.
2.4 Tabel Distribusi Frekuensi
Dalam suatu penelitian, seringkali hams
melakukan pengamatan yang sangat banyak atau pengukuran yang berkali-kali. Sebagai
konsekuensinya adalah diperoleh suatu data dengan ukuran yang besar.
Ukuran data yang
besar tersebut dapat disederhanakan dengan cara menentukan banyak nilai amatan
yang sama (frekuensi), atau banyak nilai amatan yang terletak pada interval
tertentu.
Selanjutnya,
nilai amatan yang sama atau nilai amatan yang terletak pada interval tertentu
bersama-sama dengan nilai frekuensinya disajikan dalam bentuk sebuah tabel.
Tabel seperti ini disebut tabel
distribusi frekuensi atau tabel
sebaran frekuensi. Ada dua macam tabel distribusi, yaitu:
A.
Tabel
Distribusi Frekuensi Tunggal
Penyajian data seperti Tabel 3 disebut tabel distribusi frekuensi tunggal atau
tabel sebaran frekuensi tunggal.
B.
Tabel
Distribusi Frekuensi Berkelompok
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dari suatu data
dengan ukuran yang sangat besar, lebih mudah jika data itu dikelompokkan
terlebih dahulu ke dalam beberapa kelas atau kategori. Setelah data itu
dikelompokkan kedalam kelas-kelas, baru kemudian di tentukan banyaknya (frekuensi)
nilai data yang ada pada masing-masing kelasnya.
Tabel distribusi yang dibuat dengan cara demikian disebut tabel distribusi frekuensi berkelompok.
Contoh tabel distribusi berkelompok diperlihatkan pada tabel 4.
1. Kelas
Data yang terdiri dari 100 nilai amatan pada Tabel 4 dikelompokkan
menjadi enam kelas, yaitu kelas pertama 71 – 80, kelas kedua 81 – 90, kelas
ketiga 91 – 100, kelas keempat 101 – 110, kelas kelima 111 – 120, dan kelas
keenam 121 – 130.
2. Batas kelas
Batas kelas ditetapkan sebagai nilai-nilai
ujung yang terdapat pada sebuah kelas. Nilai ujung bawah suatu kelas disebut Batas bawah kelas dan nilai ujung atas
kelas disebut Batas atas kelas.
Misalnya kelas pertama 71 – 80, batas
bawahnya 71 dan batas atasnya 80
3. Tepi kelas
Untuk suatu data yang diperoleh dari
hasil pengukurang dengan ketelitian sampai satuan terdekat, maka tepi kelas
ditentukan sebagai berikut.
Tepi bawah sering disebut batas bawah
nyata dan tepi atas disebut batas atas nyata.
Misalnya kelas pertama 71 – 80, tepi
bawahnya 70,5 dan tepi atasnya 80,5
4. Panjang kelas
Jika masing-masing kelas mempunyai
panjang yang sama, maka panjang kelas merupakan selisih antara tepi atas dengan
tepi bawah
Panjang kelas disebut juga lebar kelas atau interval kelas.
5. Titik tengah kelas
Titik tengah sebuah kelas adalah suatu
nilai yang dapat dianggap mewakili kelas itu. Titik tengah kelas disebut juga
nilai tengah kelas atau rataan kelas, dan ditetapkan sebagai berikut.
Nilai-nilai kelas, batas kelas, tepi kelas,
interval kelas, dan titik tengah kelas untuk Tabel 4 diperlihatkan pada Gambar
6.
C.
Menyusun
Tabel Distribusi Frekuensi Berkelompok
Sebelum menyusun tabel distribusi frekuensi
berkelompok, terlebih dahulu data harus diurutkan dan nilai yang terkecil
sampai dengan yang terbesar.
Data
yang telah diurutkan seperti itu disebut statistik
jajaran atau statistik peringkat.
Dan statistik jajaran dapat ditetapkan nilai datum terkecil, disebut statistik minimum, yaitu Xmin
= x1 dan nilai datum terbesar, disebut statistik maksimum, yaitu XmakS = xn. Kedua
statistik ini (Xmin dan Xmaks) disebut sebagai
statistik-statistik ekstrim.
Tabel
distribusi frekuensi berkelompok dapat disusun melalui langkah-langkah sebagai
berikut.
Langkah 1
Buatlah statistik jajaran dan data
mentah, kemudian tentukanlah nilai rentang, yaitu
R = Xmaks — Xmin.
Langkah 2
Tentukan banyak kelas. Ada beberapa cara dalam menentukan banyak kelas,
satu di antaranya adalah dengan menggunakan kaidah empiris Sturgess sebagai berikut:
dengan k menyatakan banyak kelas dan n menyatakan ukuran data.
Langkah 3
Tentukan panjang atau interval kelas. Panjang kelas ditetapkan sebagai
perbandingan rentang dengan banyak kelas.
Jadi,
Langkah 4
Dengan menggunakan nilai panjang kelas yang diperoleh pada Langkah 3,
tetapkan kelas-kelasnya sehingga mencakup semua nilai amatan.
Langkah 5
Tentukan frekuensi setiap kelasnya dengan menggunakan sistem turus.
Kemudian susunlah tabel distribusi frekuensi berkelompok seperti pada
Tabel 4.
Untuk memahami bagaimana cara membuat atau menyusun tabel distribusi
frekuensi berkelompok yang diperoleh dan data mentah, simaklah contoh berikut
ini.
Contoh
3
Suatu data diperoleh dan 40 kali
pengukuran (teliti sampai mm terdekat) sebagai berikut.
157 149 125 144 132 156 164 138
144 152
148 136 147 140 158 146 165 154
119 163
176 138 126 168 135 140 153 135
147 142
173 146 162 145 135 142 150 150
145 128
Buatlah tabel distribusi
frekuensi berkelompok untuk data tersebut.
Jawab:
Langkah 1
Statistik jajaran untuk data itu
adalah sebagai benikut:
119 125 126 128 132 135 135 135
136 138
138 140 140 142 142 144 144 145
145 146
146 147 147 148 149 150 150 152
153 154
156 157 158 162 163 164 165 168
173 176
Berdasarkan statistik jajaran di
atas, diperoleh:
Rentang
(range) R = Xmaks — Xmin = 176 — 119 = 57 mm.
Langkah 2
Menentukan banyak kelas
ditentukan dengan menggunakan kaidah empiris Sturgess. Untuk ukuran data n =
40, diperoleb
k = 1 + 3,3
log 40 6,286…
Banyak kelas dibulatkan ke atas
menjadi k = 7 buah.
Langkah 3
Panjang kelas dibulatkan ke atas
menjadi 9 mm.
Langkah 4
Dengan panjang kelas 9 mm dan
nilai statistik minimum ditetapkan sebagai batas bawah kelas pertama (tidak
hams demikian), maka diperoleh kelas-kelas dan titik-titik tengah kelas :
kelas pertama 119 — 127 dengan
titik tengah 123,
kelas kedua 128 — 136 dengan
titik tengab 132,
kelas ketiga 137 — 145 dengan
titik tengah 141,
kelas keempat 146 — 154 dengan
titik tengah 150,
kelas kelima 155 — 163 dengan
titik tengah 159,
kelas keenam 164 — 172 dengan
titik tengah 168, dan
kelas ketujub 173 — 181 dengan
titik tengah 177.
Perhatikan
bahwa semua nilai amatan terdistribusikan atau tersebar dalam kelas-kelas
tersebut.
Langkah 5
Tabel distribusi frekuensi berkelompok untuk data tersebut
dapat ditampilkan seperti pada Tabel 5.
D.
Menyusun
Tabel Distribusi Frekuensi Komulatif
Dengan berbekal tabel distribusi frekuensi berkelompok
kita dapat menyusun tabel distribusi frekuensi kumulatif. Ada dua macam tabel distribusi
frekuensi kumulatif yang dikenal, yaitu:
·
tabel
distribusi frekuensi kumulatif kurang dan,
·
tabel
distribusi frekuensi kumulatif lebih dan.
Frekuensi kumulatif kurang dari (fk kurang dari)
didefinisikan sebagai jumlah frekuensi semua nilai amatan yang kurang dan atau
sama dengan nilai tepi atas pada tiaptiap kelas. Frekuensi kumulatif kurang dan
dilambangkan dengan fk ≤.
Frekuensi kumulatif lebih dari (fk lebih dari) didefinisikan
sebagai jumlah frekuensi semua nilai amatan yang lebih dan atau sama dengan
nilai tepi bawah pada tiap-tiap kelasnya. Frekuensi kumulatif lebih dan
dilambangkan dengan fk ≥.
Sebagai
ilustrasi, berbekal dengan tabel distribusi frekuensi berkelompok pada Tabel 5
akan disusun tabel distribusi frekuensi kumulatif. Tabel distribusi frekuensi
kumulatif kurang dan ditunjukkan oleh Tabel 6a. Tabel distribusi frekuensi
kumulatif lebih dan ditunjukkan oleh Tabel 6b.
Selain frekuensi kumulatif mutlak seperti di atas,
seringkali kita perlu menghitung nilai frekuensi kumulatif relatif dan suatu
nilai amatan yang kurang dan atau lebih dan suatu batas nilai tertentu.
Frekuensi kumulatif relatif biasanya dinyatakan dengan persen (%), ditentukan
dengan aturan:
Sebagai contoh:
• frekuensi kumulatif relatif lebih dari 136,5 adalah
X 100% = 77,5%
2.5 Histogram dan Ogif
Data statistik yang telah diolah menjadi
tabel distribusi frekuensi atau tabel distribusi frekuensi kumulatif ternyata
dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram. Gambar diagram dan suatu tabel
distribusi frekuensi disebut histogram dan dan histogram mi selanjutnya dapat
digambar poligon frekuensi. Di lain
pihak, diagram dan suatu tabel disthbusi frekuensi kumulatif disebut ogif atau ogive.
A.
Histogram
dan Poligon Frekuensi
Sajian tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan
gambar berbentuk persegi panjang-persegi panjang yang saling berimpit disebut histogram.
![]() |
Gambar 7 |
Perhatikan
bahwa setiap persegi panjang pada suatu histogram mewakili kelas tertentu,
dengan pengertian:
·
lebar persegi panjang menyatakan panjang kelas.
·
tinggi persegi panjang menyatakan frekuensi
kelas dan frekuensi mi ditempatkan pada sumbu vertikal atau sumbu Y.
Selanjutnya
apabila titik-titik tengah dan bagian sisi atas persegi panjang pada histogram
tersebut dihubungkan, maka diperoleh diagram garis. Diagram garis yang dibentuk
dengan cara seperti itu disebut poligon
frekuensi seperti diperlihatkan pada Gambar 8.
Perhatikan bahwa, untuk histogram yang diperoleh dan tabel
distribusi frekuensi berkelompok maka lebar dan setiap persegi panjang dibatasi
oleh tepi bawah dan tepi atas dan masing-masing kelas.
B.
Ogif
Telah disebutkan di depan bahwa tabel distribusi
frekuensi kumulatif (kurang dan atau lebih dan) dapat pula digambarkan
diagramnya. Caranya adalah dengan menempatkan nilai-nilai tepi kelas pada sumbu
mendatar (sumbu X) dan nilai-nilai frekuensi kumulatif pada sumbu tegak (sumbu
Y). Jika titik-titik yang diperoleh (yaitu merupakan pasangan nilai tepi kelas
dengan nilai frekuensi kumulatif) dihubungkan dengan garis lurus, maka
diperoleh diagram garis yang disebut poligon
frekuensi kumulatif. Tetapi, jika titik-titik tadi dihubungkan dengan kurva
yang mulus, maka akan diperoleh kurva
frekuensi kumulatif. Kurva frekuensi kumulatif ini disebut ogif (ogive)
yang bentuknya mirip seperti huruf S.
Sebagai ilustrasi, perhatikan
kembali tabel distribusi frekuensi kumulatif (kurang dari dan lebih dan) pada
Tabel 6a dan Tabel 6b. Agar lebih mudah, tabel dituliskan kembali berikut ini.
Poligon frekuensi kumulatif untuk tabel diperlihatkan pada
Gambar 9a sedangkan untuk tabel
distribusi frekuensi komulatif lebih
dari diperlihatkan pada Gambar 9b
Kurva frekuensi kumulatif untuk tabel distribusi frekuensi
kumulatif kurang dan dipelihatkan pada Gambar
10a, dan kurva mi disebut ogif positif. Sedangkan kurva frekuensi
kumulatif untuk tabel distribusi frekuensi kumulatif lebih dan diperlihatkan
pada Gambar 10b, dan kurva ini disebut ogif negatif.
0 komentar:
Posting Komentar